Perilaku Islami
By Unknown - Rabu, 12 September 2012
1. Adil, adalah sikap tidak memihak atau tidak berat sebelah dalam menetapkan suatu hukum terhadap seseorang atau beberapa orang. Firman Allah SWT. "Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang-orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu-bapak dan kaum kerabatmu." (Q.S An-Nisa; 135).
2. Amal Saleh, adalah melakukan pekerjaan baik yang bermanfaat bagi dirisendiri dan orang lain. Misalnya, bersedekah kepada fakir miskin, menyantuni anak yatim, melindungi orang yang lemah, menyelamatkan orang yang teraniaya, menyekolahkan anak-anak dari keluarga yang kurang mampu, dan lain sebagainya.
Firman Allah SWT; "Adapun orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga." (Q.S Al Baqarah; 82). Ayat tersebut menegaskan bahwa, betapa menjadi muat Islam tidaklah cukup hanya dengen beriman saja melainkan juga harus disertai dengan mengerjakan amal saleh.
3. Amal Jariyah, adalah pekerjaan baik yang mendatangkan pahala, karena memberikan manfaat bagi orang lain, misalnya menyingkirkan kulit pisang dari jalanan agar orang tidak terpeleset karenanya, dan membangun tempat ibadah.
4. Amar Ma'ruf, adalah menyeru atau mengajak orang lain kepada kebajikan, baik melalui lisan maupun tindakan. Firman Allah SWT; "Hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar (segala perbuatan yang menjauhkan kita dari Allah)." (Q.S Ali Imran; 104).
5. Bakti Kepada Orang Tua, Keharusan berbakti kepada ibu-bapak yang diajarkan dalam Islam ini sangatlah rasional, mengingat sedemikian besar jasa ibu-bapak dalam merawat anak-anaknya sejak dari dalam kandungan hingga dewasa.
Firman Allah SWT; "Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jangan sekali-kali kamu mengatakan kepada keduanya "ah!". Janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia." (Q.S AL Isra; 23). Sabda Rasulullah saw. "Ridla Allah tergantung pada ridla kedua orang tua, dan murka Allah tergantung pada murka kedua orang tua." (H.R Tirmizi).
Kewajiban berbakti kepada orang tua ini juga berlaku bagi anak yang memiliki orang tua non-muslim. Kecuali apabila mereka menyurush kita kepada hal yang bertentangan dengan ajaran Islam, tidak wajib dipatuhi.
Dalam berbakti kepada orang tua ini, terutama kepada ibunya yang telah bersusah payah mengandung, melahirkan, menyususi dan mengasuhnya hingga si anak dewasa. Dikisahkan dalam Hadis. Seorang lelaki datang menghadap Rasulullah saw. Ia bertanya; "Wahai Rasulullah, siapakah diantara manusia yang paling berhak aku pergauli secara baik?". Jawabnya; "Ibumu". Ia bertanya lagi, "Lalu siapa?" Jawabnya tetap, "Ibumu". Ia bertanya lagi, "Kemudian siapa?" Jawabnya tidak berubah, "Ibumu". Lelaki itu kembali bertanya, "Setelah itu siapa lagi?" Jawab beliau, "Ayahmu" (Muttafaq'alaih).
6. Cinta (Mahabbah) kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
Orang yang beriman wajib memprioritaskan cintanya kepada Allah SWT dan Rasul-Nya Muhammad saw. Cara merealisasikan cinta kepada Allah SWT, adalah dengan memegang teguh ajaran-ajaran-Nya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian setiap akan melakukan sesuatu akan berpikir lebih dahulu, apakah Allah Ridla atau tidak dengan sesuatu yang akan dilakukan itu. Sedangkan cinta kepada Rasulullah saw dapat diwujudkan dengan meneladani sepak terjangnya, memegang teguh sunnah-sunnahnya dan bershalawat kepadanya. Apabila cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya sedemikian mendalam, insya Allah, kita akan terhindar dari melakukan hal-hal yang tak terpuji dan segala dosa-dosa kita diampuni. Firman Allah SWT; "Katakanlah (hai Muhammad): Jika kamu benar-benar mencintai Allah ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." (Q.S Ali Imran; 31). "Katakanlah (hai Muhammad); Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kau cintai daripada Allah dan Rasul-Nyaserta (dari) jihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya."
Prioritas cinta berikutnya, terserah kepada kita sepenuhnya. Entah untuk keluarga, karis tau harta. Yang jelas, hendaknya kita bisa menahan atau membatasi rasa cinta terhadap hal-hal bersifat duniawi semata, agar kita tidak terjerumus dalam kekafiran. Firman Allah SWT; "Barang siapa yang kafir kepada Allah setelah beriman (dia mendapat kemurkaan Allah) kecuali orang-orang yang di paksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa). Akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar. Yang demikian itu disebabkan karena sesungguhnya mereka mencintai kehidupan di dunia lebih dari akhirat." (Q.S An-Naml; 106-107).
7. Dermawan, adalah menafkahkan sebagian harta yang kita miliki kepada yang membutuhkannyadi jalan yang benar. Misalnya, menyekolahkan anak yatim, dan menyantuni fakir miskin. Firman Allah SWT; "Siapa yang kikir/pelit, maka sesungguhnya ia hanya kikir/pelit kepada diri sendiri." (Q.S Muhammad; 38)
8. Giat, Rasulullah saw. memerintahkan kepada kaum muslimin agar bekerja keras untuk kehidupannya di dunia dan di akhirat. Sabda Rasulullah saw; "Bekerjalah untuk duniamu seolah-olah engkau akan hidup selamanya, dan beribadahlah untuk akhiratmu seolah-olah engkau akan mati esok."
9. Hormat, adalah suatu sikap yang tidak meremehkan orang lain. Dalam hail ini Islam mengajarkan kepada orang-orang yang beriman agar hormat kepada orang yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda.
Sabda Rasulullah saw. "Barangsiapa tidak menyayangi yang lebih muda dan tidak mengenal hak orang yang lebih tua diantara kamu, maka ia bukan dari golongan kami." (H.R Muslim dan Abu Daud).
10. Iffah, adalah memelihara kesucian diri. Setiap orang yang beriman dituntut untuk memelihara kesucian dirinya baik lahir maupun batin. "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan orang-orang yang mensucikan diri." (Q.S Al Baqarah; 222). "Dan barangsiapa yang mensucikan dirinya, sesungguhnya ia mensucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri." (Q.S Fathir; 18).
Demi kesucian diri manusia itu sendiri, maka Islam melarang dengan tegas pergaulan bebas antara pria dan wanita. Firman Allah SWT; "Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian dirinya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunianya." (Q.S AN-Nuur; 33). Bahkan Islam menjatuhkan sanksi yang cukup berat bagi pelanggarnya.
Salah satu dari upaya untuk mensucikan diri ini, Islam melarang pemeluknya memakan harta yang didapatkanya secara haram (tidak terpuji). Dengan kata lain, Islam mewajibkan umatnya mencari nafkah secara terpuji, sesuai dengan ajaran Allah SWT. "Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain dengan cara batil." (Q.S Al Baqarah; 188).
11. Ihsan, adalah berbuat baik untuk orang lain. Allah SWT memerintahkan setiap orang-orang yang beriman agar berbuat lisan kepada sesama manusia tanpa memandang suku, warna kulit dan status sosial. Terutama kepada orang-orang yang berada di sekitar kita. Firman Allah SWT; "Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil (orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan bukan untuk maksiat), dan hamba sahayamu (pembantu rumah tanggamu)."
12. Ikhlas, adalah melakukan sesuatu tanpa mengharapkan imbalan. Dengan kata lain, perbuatannya diniatkan sebagai ibadah yang semata-mata karena Allah SWT. "Mereka tidak diperintah kecuali agar menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan (ikhlas) kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus." (Q.S AL-Bayyinah; 5). Orang yang mampu bersikap ikhlas disebut Mukhlis.
Ironisnya, dalam kehidupan akhir-akhir ini, banyak terjadi penafsiran kata ikhlas secara salah. Misalkan seorang ustadz yang mau menerima honor sebagai imbalan jerih payahnya mengajar ngaji divonis tidak ikhlas. Vonis tersebut jelas tidak pada tempatnya. Sebab, kalau ustadz tersebut tidak menerima upah dari mengajar ngaji, dari mana ia mendapatkan penghasilan untuk menghidup diri dan anak istrinya. Sedangkan sumber nafkahnya hanya dari mengajar ngaji tersebut. Dengan kata lain, seorang ustadz yang mengajar ngaji berhak memperoleh upah, dan pihak yang mengundangnya pun harus memiliki kesadaran untuk menghargai jerih payahnya secara pantas. Sebab letak ikhlas itu sesungguhnya pada niatnya: karena Allah SWT atau karena yang lain -- materi misalnya.
13. Ilmu.
Berkaitan dengan ilmu ini, ada dua kewajiban yang harus dilaksanakan oleh orang yang beriman, yakni menuntut dan menyebarkannya.
Kewajiban menuntut ilmu tersirat dari pemberian penghargaan oleh Allah SWT kepada orang yang beriman dan memiliki ilmu berupa derajat yang lebih tinggi dari manusia lainnya. "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S Al-Mujaadilah; 11). Sedemikian cinta Allah SWT kepada pencari ilmu, sehingga ia menyuruh malaikat melindunginya. Sabda Rasulullah saw. "Sesungguhnya orang yang mencari ilmu itu akan dilindungi malaikat dengan sayapnya." (H.R Ahmad dan Tabrani).
Bagi orang yang telah menuntut ilmu diwajibkan juga menyebarluaskan ilmunya. Firman ALlah SWT; "Tidak sepantasnya orang-orang yang beriman itu pergi semuanya ke medan perang. Tidakkah beberapa orang dari setiap golongan itu ada yang pergi memperdalam ilmu agama, agar mereka dapat memberi peringatan kepada kaumnya bila mereka telah kembali kepadanya. Supaya mereka itu dapat menjaga dirinya." (Q.S At-Taubah; 122).
14. Instropeksi Diri, adalah usaha meneliti perbuatan diri sendiri. Ada baiknya hal ini dilakukan setiap menjelang tidur malam. Kita simak apa saja yang telah kita kerjakan dalam sehari tadi. Adakah kesalahan yang telah kita perbuat? Jika ada, sudah seharusnya kita bertekad memperbaikinya agar tidak terulang pada waktu-waktu mendatang. Dengan demikian insya Allah, perilaku kita dari hari ke hari semakin lebih baik.
Keharusan melakukan Instropeksi diri ini tersirat dalam sebuah hadis. Dari Anas ra. bahwa Rasulullah saw. telah bersabda. "Berbahagialah orang yang meneliti kesalahannya sendiri, dari kesalahan orang lain." (H.R. Al Bazzar). Hadis tersebut juga menegaskan kepada kita, tidak ada gunanya kita meneliti kesalahan orang lain.
15. Janji dan menepatinya. Salah satu cara untuk mengetahui kadar keimanan seseorang adalah dengan melihat bagaimana ia memelihara janji yang telah dibuatnya. Sebab Allah SWT mewajibkan setiap orang yang beriman untuk menepati janjinya. "Hai orang-orang yang beriman, tepatilah janjimu." (Q.S. Al Maidah; 1).
16. Jujur (Amanat), adalah menyampaikan segala sesuatu kepada yang berhak. Pengertian amanat berdasarkan ayat-ayat yang terdapat dalam Al Quran ada dua macam;
- Tunduk dan patuh terhadap ajaran Allah SWT. Dengan kata lain, kita wajib melaksanakan segenap perintah dan meninggalkan segala larangannya. Firman Allah SWT; "Hai orang-orang yang bariman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasulnya." (Q.S. Al Anfaal; 27).
- Menjalankan tanggung jawab dengan baik. Firman Allah SWT. "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya." (Q.S An-Nisa; 58).
17. Kerja atau Mencari Nafkah.
Islam melarang umatnya menjadi pengangguran. Kerja atau mencari nafkah hukumnya wajib bagi setiap orang yang beriman. Firman Allah SWT. Dan katakanlah (hai Muhammad): "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu." (Q.S. At-Taubah; 105).
Orang yang bekerja, apapun jenis pekerjaannya, asalkan halal lebih terpuji daripada nenganggur. Pernah suatu ketika para sahabat memuji seseorang di hadapan Rasulullah saw yang tidak henti-hentinya berdzikir kepada Allah SWT. Mendengar hal itu Nabi bertanya tentang siapa yang mencukupi kebutuhan hidup orang tersebut dan keluarganya. Para sahabat menjawab, "Kami." maka Nabi bersabda. "Kalian lebih baik dari dia."
Keharusan manusia untuk bekerja sudah dicontoh kan dalam kisah perjalanan para Nabi Allah SWT. Dalam sebuah hadis disebutkan, bahwa Nabi Adam as. mencari nafkah dengan bercocok tanam, Nabi Daus as. seorang tukang pandai besi, Nabi Nuh as. seorang tukang kayu, Nabi Idris as. seorang penjahit, Nabi Musa as. seorang penggembala, dan Nabi Muhammad saw. pada masa mudanya juga penggembala. Bahkan sampai beliau telah diangkat menjadi Rasul masih bekerja memberi makan untanya, menambal sandal, menjahit pakaian, dan menggiling gandum ketika pembantunya sakit, serta belanja ke pasar dan membawanya sendiri.
18. Maaf memaafkan, adalah kewajiban yang harus dihidupkan diantara sesama umat Islam. Perintah Allah SWT. "Jadilah engkau pemaaf." (Q.S. Al-Araaf; 199). Melakukan pembalasan atas perbuatan seseorang, memang bukan merupakan suatu kesalahan, namun memaafkan adalah tindakan yang terpuji. "Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa. Barangsiapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat) maka pahalanya atas tanggungan Allah" (Q.S. Asy Syuraa; 40).
19. Malu (Haya), berbuat yang tidak terpuji dan malu untuk berbuat yang sia-sia, serta malu membuat kerusakan. Prioritas malu hendaknya kepada Allah SWT, sebab jika kita sudah malu kepada-Nya dalam keadaan sendirian pun, Insya Allah, kita tidak akan melakukan hal-hal yang kurang baik. Malu seperti inilah yang dimaksudkan dalam Sabda Rasulullah saw. "Sesungguhnya malu itu hanya membawa kepada kebaikan." (H.R. Bukhari dan Muslim).
20. Nahi Munkar, adalah suatu tindakan untuk mencegah kemungkaran. Dengan kata lain, apabila kita melihat suatu ketidak-beresan kiranya wajib meluruskannya, baik dengan lisan -- menasihatinya, maupun dengan tindakan menggagalkannya. Akan tetapi apabila kita tidak memiliki keberanian meluruskannya, maka cukup melakukannya dalam hati, dan itulah selemah-lemahnya iman.
21. Ridla, adalah sikap menerima segala takdir/ketetapan dari Allah SWT dengan senang hati. Ciri orang yang ridla kepada keputusan Allah, adalah tidak pernah berkeluh-kesah saat ditimpa musibah dan tidak menyesali nasibnya sekalipun sangat buruk. Tentu saja yang dimaksud rela disini, bukan menyerah begitu saja, melainkan wajib berusaha semaksimal mungkin memperbaiki nasib dengan menempuh cara yang dibenarkan agama.
Sikap Ridla ini lazimnya dimiliki oleh orang yang bertakwa. Firman Allah SWT. "Daging-daging unta dan darahnya itu tidak dapat mencapai (keridlaan) Allah. Akan tetapi ketakwaan kamulah yang capat mencapainya." (Q.S. Al-Hajj; 37).
22. Sabar, adalah menahan diri untuk tidak melakukan tindakan yang bertentangan dengan ajaran Islam, atau berusaha mengendalikan hawa napsu dalam menghadapi segala cobaan hidup.
Firman Allah SWT. "Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu (maksudnya, mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat). Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. " (Q.S. Al Baqarah; 155). "Sesungguhnya hanya mereka yang sabarlah yang dicukupkan pahalnya tanpa batas." (Q.S. Az-Zumar; 10).
Pengertian sabar disini juga mencakup menahan amarah. "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, ialah orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang." (Q.S. Ali Imran; 133-134).
23. Sederhana, adalah suatu sikap/tindakan yang tidak berlebihan. Firman ALlah SWT. "Janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya." (Q.S. Al Isra; 26-27).
Jelaslah bahwa Islam mengajarkan kepada orang-orang yang beriman agar berlaku sedang-sedang saja dalam membelanjakan hartanya, dalam arti tidak kikir dan tidak berlebihan. Sikap sederhana ini pun harus diterapkan dalam makan, minum, dan berpakaian. Sabda Rasulullah saw. "Makanlah, minumlah, berpakaianlah, dan bersedekahlah dengan tidak berlebihan dan tidak sombong." (H.R. Abu Daud dan Ahmad).
24. Silaturrahmi, adalah mempererat tali persaudaraan dengan sanak kerabat, tetangga dan sesama umat Islam dengan jalan saling kunjung mengunjungi. Tujuannya agar tercipta iklim komunikasi dua arah dan terpeliharanya hubungan baik antar saudara/tetangga khususnya dan umat Islam umumnya. Dengan demikian kecil kemungkinan terjadi salah paham, karena bisa saling menasihati dan apabila ada masalah bisa dipecahkan secara musyawarah.
Firman Allah SWT. "Apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknat oleh Allah serta ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya mata mereka." (Q.S. Muhammad; 22-23).
25. Syukur, adalah sikap gembira sekaligus berterima kasih atas segala nikmat pemberian Allah SWT yang tidaklah mungkin kita mampu menghitungnya.
Firman Allah SWT. "Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah kamu menyebut-nyebut (dan mensyukuri)-nya." (Q.S. Adh-Dhuhaa; 11). "Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya dan Maha Terpuji." (Q.S. Lukman; 12).
Kepada orang yang bersyukur, Allah SWT berjanji akan memberikan nikmatnya yang lebih. Firman Allah SWT. "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, Kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya siksa-Ku sangat pedih." (Q.S. Ibrahim; 7).
Mensyukuri nikmat Allah SWT ini tidaklah cukup hanya dengan mengucapkan Hamdalah, melainkan juga harus dengan melaksanakan kewajiban yang diperintahkan kepada kita. Dan untuk menumbuhkan rasa Syukur itu, hendaklah kita selalu melihat orang lain yang lebih kekurangan dari kita. Sabda Rasulullah saw. "Lihatlah orang yang lebih rendah darimu, dan jangnlah melihat orang yang lebih tinggi darimu. Demikian itu lebih bagus untuk tidak meremehkan nikmat-nikmat Allah kepadamu." (H.R. Muntafaqqu Alaihi).
26. Taat, adalah sikap tunduk dan patuh. Firman Allah SWT. "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah, taatilah Rasul-(Nya) dan taatilah orang yang memegang pemerintahan. Kemudian, jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (AL-Quran) dan Rasul (Sunnahnya) jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian." (Q.S An-Nisaa': 59). Hanya saja, apabila orang yang memegang pemerintah (penguasa) menyuruh kepada kemusyrikan, atau menyuruh kepada hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Islam tidak wajib bagi kita mentaatinya. Bahkan kita, kalau memungkinkan, harus berusaha meluruskannya.
27. Taubat, adalah memohon ampunan dari Allah SWT atas segala dosa baik yang disengaja maupun tidak, dengan disertai penyesalan dan berjanji tidak mengulangi lagi perbuatan dosa tersebut. Taubat bisa dilakukan setiap saat, mengingat -- disadari atau tidak -- manusia kerap melakukan kesalahan. Firman Allah SWT. "Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah hai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung." (Q.S. An-Nuur; 31). Sabda Rasulullah saw. "Setiap anak Adam itu berbuat salah. Sebaik-baiknya orang yang berbuat salah adalah yang bertaubat." (H.R. Tirmizi dan Ibnu Majah).
28. Tolong Menolong
Manusia memiliki sifat ketergantungan terhadap sesamanya. Karenanya, demi kelangsungan hidupnya, manusia harus saling tolong menolong. Akan tetapi, tolong menolong yang dibenarkan dalam Islam, hanyalah tolong menolong dalam kebaikan dan takwa. Firman Allah SWT. "Dan tolong menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa, jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran." (Q.S. Al Maidah; 2).
29. Ukhuwah, adalah memperkokoh rasa cinta kepada sesama umat Islam. Sabda Rasulullah saw. "Sesungguhnya Allah Azza wa jalla dihari kiamat nanti bertanya: Di manakah orang-orang yang saling mencintai karena Aku? Akan Aku naungi mereka dengan naungan-Ku, pada tiada hari naungan, kecuali naungan-Ku." (H.R. Muslim).
30. Zuhud, adalah sikap hidup yang tidak rakus terhadap hal-hal yang bersifat duniawi seperti materi atau jabatan. Orang yang zuhud disebut zahid, adalah orang yang mencari keuntungan di jalan Tuhan. Bagi mereka tidak ada kebahagiaan lain, kecuali selalu dekat dengan Allah SWT.
Follow our blog on Twitter, become a fan on Facebook. Stay updated via RSS
0 komentar for "Perilaku Islami"