Advertisement

Latest News

Fungsi Al Quran

By Unknown - Rabu, 12 September 2012

http://bloggerinformative.blogspot.com/2014/01/penawaran-pemasangan-iklan.html



Ada beberapa tujuan diturunkannya AL Quran.

1. Sebagai pelajaran dan penerangan. Firman Allah SWT. "Al-Quran itu tidak lain adalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan." (QS. Yaa Siin: 69).

2. Sebagai pembenar kitab-kitab suci sebelumnya, yakni Taurat, Zabur, dan Injil. Firman Allah SWT. "Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) adalah Al-Kitab (Al Quran) itulah yang benar, membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya" (QS. Fathir: 31).

3. Sebagai pembimbing yang lurus. Firman Allah SWT. "Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Quran dan Dia tidak mengadakan pembengkokan (penyimpangan) di dalamnya, melainkan sebagai bimbingan yang lurus." (QS. Al Kahfi: 1-2)

4. Sebagai pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi yang meyakininya. Firman Allah SWT, "Al-Quran ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakininya." (QS. Al Jatsiyah: 20).

Fungsi lain Al-Quran yang tidak kalah penting, adalah sebagai bukti kebenaran Nabi Muhammad saw. dan bukti bahwa semua ayatnya benar-benar dari Allah SWT. Sebagai bukti kedua fungsinya yang terakhir paling tidak ada dua aspek dalam Al Quran itu sendiri:
- Isi/Kandungannya yang sangat lengkap dan sempurna
- Keindahan bahasanya dan ketelitian redaksinya
- Kebenaran berita-berita gaibnya
- Isyarat-isyarat ilmiah.

1. Isi/Kandungan Al Quran.
Isi Al Quran mencakup dan menyempurnakan pokok-pokok ajaran dari kitab-kitab Allah SWT yang terdahulu (Taurat, Injil dan Zabur). Sebagian ulama mengatakan, bahwa Al Quran mengandung 3 pokok ajaran:
a. Keimanan
b. Ahklak dan budi pekerti
c. Aturan tentang pergaulan hidup sehari-hari antar manusia

Sebagian ulama yang lain berpendapat, bahwa Al-Quran berisi dua peraturan pokok:
a. Peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT
b. Peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya dan dengan alam sekitarnya.

Kelengkapan dan kesempurnaan isi Al-Quran ini diakui juga oleh para pakar Barat, di antaranya oleh Edward Gibbon. Ahli sejarah Inggris (1737-1794) ini mengatakan. "Al-Quran adalah sebuah kitab agama, yang membahas tentang masalah-masalah kemajuan, kenegaraan, perniagaan, peradilan, dan undang-undang kemiliteran dalam Islam. Isi Al-Quran sangat lengkap, mulai dari urusan ibadah, ketauhidan, sampai soal pekerjaan sehari-hari, mulai dari masalah rohani sampai hal-hal jasmani, mulai dari pembicaraan tentang hak-hak dan kewajiban segolongan umat sampai kepada pembicaraan tentang akhlak dan perangai serta hukum siksa di dunia.

"karena itu amat besar perbedaan Al-Quran dengan Bibel. Bibel tidak mengandung aturan-aturan yang bertalian dengan keduniaan. Yang terdapat di dalamnya hanyalah cerita-cerita untuk kesucian diri. Bibel tidak dapat mendekati Al-Quran, karena Al-Quran itu tidak hanya menerangkan sesuatu yang bertalian dengan amalan keagamaan, tetapi juga mengupas asas-asas politik kenegaraan. Al-Quranlah yang menjadi sumber peraturan negara, sumber undang-undang dasar, memutuskan suatu perkara yang berhubungan dengan kehartaan maupun kejiwaan."


2. Keindahan Bahasa dan Ketelitian Redaksi Al-Quran.
Banyak pakar baik dari Arab sendiri maupun dari Barat yang mengakui keindahan bahasa Al-Quran. Berikut kami kutipkan beberapa pendapat mereka:
- George Sale yang merintis penerjemahan Al-Quran ke dalam bahasa inggris menulis dalam kata pengantar terjemahannya, antara lain. "...Al-Quran ditulis dalam bahasa arab dengan gaya yang indah dan paling tinggi yang tidak dapat ditiru oleh pena manusia. Oleh karena itu, Al-Quran mukjizat yang besar. Berbekal mukjizat Al-Quran Muhammad muncul menguatkan tugas sucinya. Dengan mukjizat itu beliau menantang ribuan sastrawan arab yang cakap untuk menciptakan satu ayat saja yang dapat dibandingkan dengan gaya AL-Quran". Di bagian kata pengantarnya, ia menulis. "Sangan luar biasa dampak kekuatan kata-kata (Al-Quran) yang dipilih dengan baik dan ditempatkan dengan seninya, yang dapat menumbuhkan gairah dan rasa kagum orang yang membacanya."

- Seorang sastrawan arab yang masyur, Mustafa Shadiq Ar Rafi'ie mengakui antara lain, "Tuhan menurunkan Al-Quran dalam bahasa ini (arab, pen.) dengan susunan tersendiri, membuat orang tidak berdaya menirunya, baik susunan (ayat-ayatnya, pen.) yang pendek maupun yang panjang. ...karena dia adalah pembersihan bahasa dan kekotorannya."

- Dr. Thaha husein, sarjana Mesir yang sangat terkenal di dunia Barat mengakui. "Kata-kata terbagi tiga, yakni puisi, prosa dan Quran. Akan tetapi Quran memiliki gaya tersendiri, bukan puisi dan bukan prosa. Quran adalah Quran. Ia tidak tunduk pada aturan prosa dan puisi. Ia memiliki irama sendiri yang dapat dirasakan pada susunan lafalnya dan urutan ayatnya."

Tentu saja hanya orang yang memahami bahasa Arab yang dapat merasakan keindahan bahasa Al-Quran. Sebagaimana ditegaskan oleh Dr. M. Quraish Shihab dalam bukunya Membumikan Al-Quran, bahwa tidak mudah untuk mengetahui keindahan bahasa Al-Quran khususnya bagi kita yang tidak memahami dan tidak memiliki "rasa bahasa" Arab -- karena keindahan diperoleh melalui "perasaan", bukan melalui nalar. Namun demikian, menurut M. Quraish Shihab ada satu atau dua hal menyangkut redaksi Al Quran yang dapat membantu pemahaman aspek pertama ini.

"Seperti diketahui, seringkali AL-QUran "turun" secara spontan, guna menjawab pertanyaan atau mengomentari peristiwa. Misalnya pertanyaan orang Yahudi tentang hakikat ruh. Pertanyaan ini dijawab secara langsung, dan tentunya spontanitas tersebut tidak memberi peluang untuk berpikir dan menyusun jawaban dengan redaksi yang indah apalagi teliti. Namun demikian setelah Al-Quran rampung diturunkan dan kemudiandilakukan analisa serta perhitungan terhadap redaksi-redaksinya, ditemukanlah hal-hal yang sangat menakjubkan. Ditemukan antara keseimbangan yang sangat serasi antara kata-kata yang digunakannya, seperti keserasian jumlah dua kata yang bertolak belakang."

Untuk membuktikan adanya keseimbangan kata yang digunakan dalam Al-Quran, Dr. M. Quraish Shihab mengambil contoh dari Al I'jaz Al Adabiy li Al Quran Al Karim karya Abdurrazaq Nawfal. Beberapa di antaranya, adalah:
a. Keseimbangan kata yang bertolak belakang.
- Kata al-hayah (hidup) dan al-maut (mati), masing-masing disebut 145 kali
- Kata al-naf' (manfaat) dan al-madharrah (mudarat) masing-masing disebut 50 kali
- Kata al-har (panas) dan Al-bard (dingin), masing-masing disebut 4 kali.
- Kata al-shalihat (kebajikan) dan al-sayyi'at (keburukan), masing-masing disebut 167 kali
- Kata al-Thuma'ninah (kelapangan/ketenangan) dan al-dhiq (kesempitan/kekesalan), masing-masing 13 kali
- Kata al-rahbah (cemas/takut) dan al-raghbah (harap/ingin), masing-masing 8 kali
- Kata al-kufr (kekufuran) dan al-iman (iman), masing-masing disebut 17 kali
- Kata kufr (kekufuran) dan iman (iman) dalam bentuk indifinite, masing-masing 8 kali
- Kata al-shayf (musim panas) dan al-syita' (musim dingin) masing-masing disebut 1 kali.

b. keseimbangan jumlah kata dengan sinonimnya (dua kata yang artinya sama).
- Al-harts dan al-Zira'ah (membajak/bertani), masing-masing disebut 14 kali
- Al-'ushb dan al-dhurur (membanggakan diri/angkuh), masing-masing disebut 27 kali
- Al-aql dan al-nur (akal dan cahaya), masing-masing disebut 49 kali
- Al-jahr dan al-'alaniyah (nyata), masing-masing disebut 16 kali

c. Keseimbangan antara jumlah kata dengan jumlah kata yang menunjuk kepada akibatnya.
- Al-infak (infak) dengan al-ridha (kerelaan), masing-masing disebut 73 kali
- Al-bukhl (kekikiran) dengan al-hasanah (penyesalan), masing-masing disebut 12 kali
- Al kafirun (orang-orang kafir) dengan al-nar/al-ahraq (neraka/pembakaran) masing-masing 154 kali
- Al Zakah (zakat/penyucian) dengan al-barakat (kebajikan yang banyak, masing-masing disebut 32 kali
- Al- fahisyah (kekejian dengan al-ghadb (murka), masing-masing disebut 26 kali

d. Keseimbangan jumlah kata dengan kata penyebabnya.
- Kata al-israf (pemborosan) dengan al-sur'ah (ketergesa-gesaan, masing-masing disebut 23 kali
- Kata al-maw'izhah (nasihat/petuah) dengan al-lisan (lidah), masing-masing disebut 25 kali
- Kata al-asra (tawanan) dengan al-harb (perang), masing-masing disebut 6 kali
- Kata al-salam (kedamaian) dan al-thayyibat (kebajikan), masing-masing disebut 60 kali

e. Di samping keseimbangan-keseimbangan tersebut, ditemukan juga keseimbangan khusus.

  1. Kata yawm (hari) dalam bentuk tunggal sejumlah 365 kali sebanyak hari-hari dalam setahun. Sedangkan kata hari yang menunjuk kepada bentuk plural (ayyam) atau dua (yawmayni), jumlah keseluruhannya hanya tiga puluh, sama dengan jumlah hari dalam sebulan. Di sisi lain, kata yang berarti "bulan" (syahr) hanya terdapat dua belas kali, sama dengan jumlah bulan dalam setahun.
  2. Al-Quran menjelaskan bahwa langit ada "tujuh"
  3. Kata-kata yang menunjuk kepada utusan Tuhan, baik rasul (rasul), atau nabiyy (nabi), atau basyir (pembawa berita gembira), atau nadzir (pemberi peringatan), keseluruhannya berjumlah 518 kali. Jumlah ini seimbang dengan jumlah penyebutan nama-nama Nabi, Rasul dan Pembawa berita tersebut, yakni 518 kali.

3. Kebenaran berita-berita gaibnya, salah satunya tentang Fir'aun.
Dalam surat Yunus dikisahkan tentang Fir'aun yang tenggelam sewaktu mengejar-ngejar Nabi Musa as. Ditegaskan pula bahwa "Pada hari ini Kami selamatkan badanmu (Fir'aun), supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang sesudahmu." (QS. Yunus: 90). Dan Firman Allah SWT benar adanya. Ahli purbakala, Loret pada tahun 1896 menemukan satu mumi di Lembah raja-raja Luxor Mesir, yang dari data-data sejarah terbukti bahwa ia adalah Fir'aun yang bernama Maniptah dan yang pernah mengejar Nabi Musa as. Sampai sekarang tubuh Fir'aun dalam keadaan utuh di Museum Kairo. Siapa pun yang berkunjung ke sana dapat menyaksikannya.


4. Isyarat-isyarat Ilmiahnya.
Dalam AL-Quran banyak isyarat-isyarat ilmiah. DIuraikan oleh Dr. M. Quraish Shihab dalam bukunya "Membumikan" Al-Quran. Banyak sekali isyarat ilmiah yang ditemukan dalam Al Quran. Misalnya diisyaratkan bahwa "Cahaya matahari bersumber dari dirinya sendiri, sedangkan cahaya bulan adalah pantulan (dari cahaya matahari)" (perhatikan QS. 10:5). Atau bahwa jenis kelamin anak adalah hasil sperma pria, sedang wanita sekadar mengandung karena mereka hanyalah bagaikan "ladang" (QS. Al Baqarah: 223), dan masih banyak lagi lainnya yang kesemuannya belum diketahui manusia, kecuali pada abad-abad bahkan tahun-tahun terakhir ini. Dari manakah Muhammad mengetahuinya, kalau bukan dari Dia, Allah SWT Tuhan Yang Maha Mengetahui.

http://bloggerinformative.blogspot.com/2014/01/penawaran-pemasangan-iklan.html

Follow our blog on Twitter, become a fan on Facebook. Stay updated via RSS

0 komentar for "Fungsi Al Quran"

Leave a Reply

Advertisement