Advertisement

Latest News

Macam Macam Tarekat

By Unknown - Kamis, 13 September 2012

http://bloggerinformative.blogspot.com/2014/01/penawaran-pemasangan-iklan.html


Jumlah tarekat yang diakui kebenarannya cukup banyak, akan tetapi yang memiliki banyak anggota sampai kini tinggal tujuh aliran: 1) Tarekat Kholawatiyah; 2) Tarekat Naksyabandiyah; 3) Tarekat Qodiriyah; 4) Tarekat Rifa’yah; 5) Tarekat Sammaniyah; 6) Tarekat Syaziliyah; dan 7) Tarekat Tijaniyah. Berikut penulis uraikan selayang pandang seputar ketujuh tarekat tersebut.
 
1. Tarekat Kholawatiyah merupakan cabang dari tarekat Aqidah Suhrawardiyah yang didirikan di Bagdad oleh Abdul Qodir Suhrawardi dan Umar Suhrawardi. Mereka menamakan diri golongan Siddiqiyah karena mengklaim sebagai keturunan kholifah Abu Bakar ra. Kholawatiyah didirikan di Khurasan oleh Zahiruddin, dan berhasil berkembang sampai ke Turki. Tidak mengherankan jika tarekat Khalawatiyah ini banyak cabangnya, antara lain tarekat Dhoifiyah di Mesir dan di Somalia dengan nama Salihiyah.
  • Tarekat ini membagi jiwa manusia dalam tujuh tingkatan:Manusia yaiig berada dalam nafsul ammarah ialah mereka yang jahil, kikir, angkuh, sombong, pemarah, gemar kepada kejahatan, dipengaruhi syawat dan sifat-sifat tercela lainnya. Mereka bisa membebaskan diri dari semua sifat jelek tersebut dengan jalan memperbanyak dzikir kepada Allah SWT dan mengurangi makan minum. Maqam mereka adalah aghyar, artinya kegelap-gulitaan.
  • Manusia yang berada dalam nafsul lawwamah,ialah mereka yang gemar dalam mujahaddah (meninggalkan perbuatan buruk) dan berbuat saleh, namun masih juga bersifat sombong, suka bermegah-megahan dan suka pamer. Cara untuk melenyapkan sifat-sifat buruk tersebut, adalah mengurangi makan minum, mengurangi tidur, mengurangi bicara, sering menyendiri, dan memperbanyak dzikir serta berfikir yang baik-baik. Maqom mereka adalah anwar, artinya cahaya yang bersinar.
  • Manusia yang berada dalam nafsul mulhamah, ialah merekc yang kuat mujahaddah dan tajrid, karena ia telah menemu isyarat-isyarat tauhid, namun belum mampu melepaskan dir: dari hukum-hukum manusia. Cara mengatasi kekurangannya adalah dengan jalan menyibukkan batinnya dalam hakikat iman dan menyibukkan diri dalam syari’at Islam. Maqom mereka adalah kamal artinya kesempurnaan.
  • Manusia yang berada dalam nafsul muthma’innah ialah mereka yang tidak sedikitpun meninggalkan ajaran Islam, merasa enak jika berakhlak seperti yang dicontohkan Nabi saw. dan belum tentram hatinya jika belum mengikuti petunjuk dan sabda Beliau. Manusia ini sangat menye¬nangkan siapa pun yang melihatnya dan yang mengajak bicara.
  • Manusia yang berada dalam nafsul rodhiyah, ialah mereka yang sudah tidak menggantungkan diri kepada sesama manusia, melainkan hanya kepada Allah SWT. Mereka umumnya sudah melepaskan sifat-sifat manusia biasa. Maqom mereka adalah wisal, artinya sampai dan berhubungan.
  • Manusia yang berada dalam nafsul mardhiyah,ialah mereka yang telah berhasil mencampurkan ke dalam dirinya kecintaan kholik dan kholak, tidak ada penyelewengan dalam zuhudnya. Ia menepati segala janji Tuhan dan meletakkan segala sesuatu pada tempatnya. Maqom mereka adalah tajalli afal, artinya kelihatan Tuhan.
  • Manusia yang tertinggi tingkatannya berada dalam nafsul kamilah, ialah mereka yang dalam beribadah menyertakan badannya, lidahnya, hatinya dan anggota-anggota tubuhnya yang lain. Mereka ini banyak beristighfar banyak tawadu’ (rendah hati / tidak menyombongkan diri), kesenangan dan kegemarannya adalah dalam tawajjuh kholak. Maqam mereka adalah tajalli sifat, artinya tampak nyata sifat Tuhan.

2. Tarekat Naksyabandiyah
 
Pendiri tarekat Naksyabandiyah ialah Muhammad bin Baha’uddin Al-Uwaisi Al-Bukhori (717-791 H). Ulama sufi yang lahir di desa Hinduwan - kemudian terkenal dengan Arifan, beberapa kilometer dari Bukhoro ini dikenal juga dengan nama naksyabsndi (artinya lukisan) karena ia ahli dalam memberikan gambaran kehidupan yang gaib-gaib. Kata Uivais pada namanya, karena ia ada hubungan nenek dengan Uwais Al-Qorni. Ia sendiri banyak memperoleh pelajaran ilmu hakikat dari Uwais Al-Qorni, lalu mendapatkan pendidikan kerohanian dari wali besar Abdul Kholik Al-Khujdawani yang juga murid Uwais, dan menimba ilmu tasawuf kepada ulama yang ternama kala itu, Muhammad Baba Al-Sammasi.

Tarekat Naksyabandiyah mengajarkan dzikir-dzikir yang sangat sederhana, namun lebih mengutamakan dzikir dalam hati dari pada dzikir dengan lisan. Ada enam yang dipakai sebagai pegangan untuk mencapai tujuan dalam tarekat ini, yaitu: a) tobat; b) uzla (mengasingkan diri dari masyarakat ramai yang telah dianggapnya telah mengingkari ajaran-ajaran Allah dan beragam kemaksiatan, sebab ia tidak mampu memperbaikinya); c) zuhud; d) taqwa; e) qonaah (menerima dengan senang hati segala sesuatu yang dianugerahkan oleh Allah SWT); dan f) taslim

Hukum yang dijadikan pegangan dalam tarekat Naksya­bandiyah ini, juga ada enam, yakni: a) ma’rifat; b) yakin (percaya sepenuhnya tanpa keraguan sedikitpun); c) sakho; d) sedekah (memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain); e) syukur (mensyukuri nikmat Allah SWT dengan jalan meningkatkan amal ibadah dan usaha yang diniatkan karena Allah semata); dan f) tafakkur (memikirkan segala sesuatu yang dijadikan Allah SWT.

Oleh karena itulah ada enam kewajiban yang harus dikerjakan dalam tarekat ini, yakni: a) dzikir; b) meninggalkan hawa nafsu; c) meninggalkan kesenangan duniawi; d) melak­sanakan segenap ajaran agama dengan sungguh-sungguh; e) senantiasa berbuat baik (ihsan) kepada semua makhluk Allah SWT; dan f) mengerjakan amal kebaikan.


3. Tarekat Qodiriyah

Pendiri tarekat Qodiriyah adalah Syeikh Abdul Qodir Jailani, seorang ulama yang zahid, pengikut mazab Hambali. Ia memiliki sebuah sekolah untuk melakukan suluk dan latihan-latihan kesufian di Baghdad. Pengembangan dan penyebaran tarekat ini didukung oleh anak-anaknya antara lain Ibrohim, dan Abdul Salam. Sebagaimana tarekat yang lain, Qodiriyah juga memiliki dan mengamalkan dzikir dan wirid tertentu.

Sejak kecil Syeikh Abdul Qodir telah menunjukkan tanda- tanda sebagai waliyullah yang besar. Ia adalah anak yang sangat berbakti kepada orang tua, jujur, gemar belajar, dan beramal, serta menyayangi fakir miskin dan selalu menjauhi hal-hal yang bersifat maksiat. Ia memang lahir dan dididik dalam keluarga yang taat, karena ibunya bernama Fatimah dan kakeknya Abdullah Sum’i adalah wali Allah SWT.

Syekh Abdul Qodir dikaruniai oleh Allah SWT keramat sejak masih muda, sekitar usia 18 tahun. Dikisahkan dalam manaqib (biografi) Abdul Qodir Jailani, bahwa ketika ia akan membajak sawah, sapi yang menarik bajak mengatakan kepadanya, “Engkau dilahirkan ke dunia bukan untuk kerja begini." Peristiwa yang mengejutkan ini mendorongnya bergegas pulang. Dan ketika ia ke atas atap rumah, mata batinnya melihat dengan jelas suatu majlis yang sangat besar di Padang Arofah. Setelah itu, ia memohon kepada ibunya agar membaktikan dirinya kepada Allah SWT dan berkenan mengirimkannya ke kota Bagdad yang kala itu menjadi pusat ilmu pengetahuan yang terkenal bagi kaum muslim. Dengan sangat berat hati ibunya mengabulkan

Suatu hari bergabunglah Abdul Qodir dengan kafilah yang menuju Bagdad. Ketika hampir sampai tujuan, kafilah ini dikepung oleh sekawanan perampok. Semua harta benda milik kafilah dirampas, kecuali bekal yang dibawa Abdul Qodir. Salah seorang kawanan perampok kemudian mendatanginya, ’Apa yang engkau bawa?" Dengan jujur Abdul Qodir menjawab, "Uang empat puluh dinar."

Perampok itu membawa Abdul Qodir menghadap ke pimpinannya dan menceritakan uang empat puluh dinar. Pemimpin perampok itupun meminta uang yang 40 dinar, namun ia terpesona oleh kepribadian Abdul Qodir. "Mengapa engkau berkata jujur tentang uang ini?" Dengan tenang ia menjawab, "Saya telah berjanji kepada Ibu untuk tidak bohong kepada siapapun dan dalam keadaan apapun."

Seketika pemimpin perampok tersebut terperangah, sejenak kemudian ia menangis dan meyesali segala perbuatan zalimnya. "Mengapa saya berani terus-menerus melanggar peraturan Tuhan, sedangkan pemuda ini melanggar janji pada ibunya saja tidak berani." Ia kemudian memerintahkan kepada anak buahnya agar mengembalikan semua barang rampasan kepada pemiliknya masing-masing, dan sejak itu berjanji untuk mencari rezeki dengan jalan yang halal.

Semasa Abdul Qodir masih hidup, tarekat Qodiriyah sudah berkembang ke beberapa penjuru dunia, antara lain ke Yamari yang disiarkan oleh Ali bin Al-Haddad, di Syiria oleh Muham­mad Batho’, di Mesir oleh Muhammad bin Abdus Shomad serta di Maroko, Turkestan, dan India yang dilakukan oleh anak- anaknya sendiri. Mereka sangat berjasa dalam menyempurnakan tarekat Qodiriyah. Mereka pula yang menjadikan tarekat ini juga sebagai gerakan yang mengumpulkan dan menyalurkan dana untuk keperluan amal sosial.


4. Tarekat  Rifaiyah
Pendirinya adalah Abui Abbas Ahmad bin Ali ar-Rifai. Ia lahir di Qoryah Hassan, dekat Basrah pada tahun 500 H (1106 M), sedangkan sumber lain mengatakan pada 512 H (1118 M). Sewaktu Ahmad berusia tujuh tahun, ayahnya meninggal dunia. Ia lalu diasuh oleh pamannya, Mansur Al-Batho’ihi, seorang syekh tarekat. Selain menuntut ilmu pada pamannya tersebut, ia juga berguru pada pamannya yang lain, Abu Al-Fadl Ali Al- Wasiti, terutama tentang mazab Fiqh Imam Syafi’i. Dalam usia 21 tahun, ia telah berhasil memperoleh ijasah dari pamannya dan khirqoh 9 sebagai pertanda sudah mendapat wewenang untuk mengajar.

Ciri khas tarekat Rifaiyah ini adalah pelaksanaan dzikirnya yang dilakukan bersama-sama diiringi oleh suara gendang yang bertalu-talu. Dzikir tersebut dilakukannya sampai mencapai suatu keadaan di mana mereka dapat melakukan perbuatan- perbuatan yang menakjubkan, antara lain berguling-guling dalam bara api, namun tidak terbakar sedikit pun dan tidak mempan oleh senjata tajam.

5. Tarekat Sammaniyah
Kemunculan tarekat ini bermula dari kegiatan Syeikh Muhammad Samman, seorang guru tasawuf masyhur yang mengajarkan tarekat di Madinah. Banyak orang Indonesia, terutama dari Aceh, yang pergi ke sana mengikuti pengajarannya. Oleh sebab itu tidak mengherankan jika tarekat ini tersebar luas di Aceh dan terkenal dengan nama tarekat Sammaniyah.

Sebagaimana guru-guru besar tasawuf, Syeikh Muhammad Saman terkenal saleh, zuhud, dan memiliki keramat. Salah satu keramatnya adalah ketika Abdullah Al-Basri - karena melakukan kesalahan - dipenjarakan di Mekkah dengan kaki dan leher dirantai. Dalam keadaan yang tersiksa, Al-Basri menyebut nama Syeikh Muhammad Saman tiga kali, seketika terlepaslah rantai yang melilitnya. Kepada seorang murid Syeikh Muhammad Saman yang melihat kejadian tersebut, Al-Basri menceritakan, "kulihat Syeikh Muhammad Saman berdiri di depanku dan marah. Dan ketika kupandang wajahnya, tersungkurlah aku pingsan. Setelah siuman, kulihat rantai yang melilitku telah terputus."

Perihal awal kegiatan Syeikh Muhammad Saman dalam tarekat dan hakikat, menurut kitab manaqib Tuan Syeikh Muhammad Saman, adalah sejak pertemuannya dengan Syeikh Abdul Qodir Jailani. Kisahnya, suatu ketika Syeikh Muhammad Saman berkholiuat (bertapa) di suatu tempat dengan memakai pakaian yang indah-indah. Pada waktu itu datang Syeikh Abdul Qodir Jailani membawakan pakaian jubah putih, "Ini pakaian yang cocok untukmu." Ia kemudian memerintahkan Syeikh Muhammad Saman agar melepas pakaiannya dan mengenakan jubah putih yang dibawanya. Dan konon semula Syeikh Muhammad Saman menutup-nutupi ilmunya sampai datanglah perintah dari Rosulullah saw. menyebarkannya dalam kota Madinah.

Tarekat Sammaniyah juga mewiridkan bacaan dzikir yang biasanya dilakukan secara bersama-sama pada malam jum at di masjid-masjid atau musholla sampai jauh tengah malam. Selain itu ibadah yang diamalkan oleh Syeikh Muhammad Saman yang diikuti oleh murid-muridnya sebagai tarekat, antara lain sholat sunnah asyraq dua raka’at, sunnat dhuha dua belas raka’at, memperbanyak riadhoh (melatih diri lahir batin untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT), dan menjauhkan diri dari kesenangan duniawi.


6. Tarekat Syaziliyah
Pendirinya adalah Abdul Hasan Ali Asy-Syazili, seorang ulama sufi besar. Menurut silsilahnya, ia masih keturunan Hasan, putra Ali bin Abi Tholib ra. dan Fatimah binti Rosulullah saw. di Maghribi. Tentang arti kata "Syazili" pada namanya yang banyak dipertanyakan orang kepadanya, konon ia pernah menanyakan kepada Tuhan, dan Tuhan pun memberikan jawaban. "Ya Ali, Aku tidak memberimu nama Syazili, melainkan Syazz yang berarti jarang karena keistimewaanmu dalam berkhidmat kepada-Ku."

Ali Syazili terkenal sangat saleh dan alim, tutur katanya enak didengar dan mengandung kedalaman makna. Bahkan bentuk tubuh dan wajahnya, menurut orang-orang yang mengenalnya, konon mencerminkan keimanan dan keikhlasan. Sifat-sifat salehnya telah tampak sejak ia masih kecil.

Dalam jajaran sufi, Ali Syazili dianggap seorang wali yang keramat. Dalam sebuah riwayat dikisahkan, bahwa ia pernah mendatangi seorang guru untuk mempelajari suatu ilmu. Tanpa basa-basi sang guru mengatakan kepadanya, "Engkau men­dapatkan ilmu dan petunjuk beramal dariku? Ketahuilah, sesungguhnya engkau adalah salah seorang guru ilmu-ilmu tentang dunia dan ilmu-ilmu tentang akhirat yang terbesar."
Tarekat Syaziliyah merupakan tarekat yang paling mudah pengamalannya. Kepada pengikutnya hanya diharuskan: 
  1. meninggalkan segala perbuatan maksiat.
  2. memelihara segala ibadah wajib.
  3. menunaikan ibadah-ibadah sunnah semampunya.
  4. dzikir kepada Allah SWT. Beristighfar sebanyak seratus kali sehari semalam dan dzikir-dzikir yang lain.
  5. membaca sholawat minimal seratus kali sehari semalam dan zikir-zikir yang lain.

7 Tarekat Tijaniyah
Pendirinya ialah Abdul Abbas bin Muhammad bin Muchtar At-Tijani (1737-1738), seorang ulama Algeria yang lahir di Ain Mahdi. Menurut sebuah riwayat, dari pihak bapaknya, ia masih keturunan Hasan bin Ali bin Abi Tholib ra. Keistimewaannya, adalah pada umur tujuh tahun, konon Tijani sudah hafal Al- Quran, lalu mempelajari pengetahuan Islam yang lain, sehingga ia menjadi guru dalam usia belia.

Ketika naik haji, di Madinah, Tijani berkenalan dengan Muhammad bin Abdul Karim As-Samman, pendiri tarekat Sammaniyah. Setelah itu ia mulai mempelajari ilmu-ilmu rahasia batin. Gurunya yang lain dalam bidang tarekat ini, ialah abu Samghun As-Sholasah. Dari sinilah pandangan batinnya mulai terasah. Bahkan konon dalam keadaan terjaga ia bertemu Nabi Muhammad saw. yang mengajarkan kepadanya beberapa wirid, istighfar, dan sholawat yang masing-masing harus diucapkan seratus kali dalam sehari semalam. Selain itu Nabi juga memerintahkan agar Tijani mengajarkan wirid-wirid tersebut kepada semua orang yang menghendakinya.


http://bloggerinformative.blogspot.com/2014/01/penawaran-pemasangan-iklan.html

Follow our blog on Twitter, become a fan on Facebook. Stay updated via RSS

0 komentar for "Macam Macam Tarekat"

Leave a Reply

Advertisement