Wahabiah

Gerakan ilmu tauhid Wahabiah muncul di Uyainah, suatu daerah di Nejed., kota terpencil di Saudi Arabiyah yang ketika itu berada dalam kekuasaan Kerajaan Turki Usmani. Pelopornya adalah Muhammad bin Abdul Wahab, pengikut setia dan penganut Ahmad bin Hambal, pendiri Mazhab Hambali. Gerakan ini tidak mendapatkan sambutan baik dari masyarakat, bahkan mendapat tekanan dari penguasa setempat, sehingga Muhammad bin Abdul Wahab pindah ke desa Dar'iyah, sebelah utara Riyadh. Di tempat barunya itu, Wahabi memperoleh dukungan dan perlindungan dari Muhammad bin Su'ud, penguasa daerah tersebut. Dengan demikian Muhammad bin Abdul dapat dengan leluasa mengembangkan ajarannya, sebaliknya Muhammad bin Su'ud yang ingin menguasai Jazirah Arabia mendapat kekuatan dari kelompok Wahabi.

Pada akhirnya gerakan yang dipimpin oleh Muhammad bin Abdul Wahab ini berhasil mendirikan kerajaan Wahabi di Jazirah Arabia. Mereka kemudian memberantas segala sesuatu yang dilarang dalam Islam muali dari kemaksiatan, hal-hal yang mengarah kepada Syirik, segala bentuk kemusyrikan yang ada dalam wilayah kekuasaan mereka.

Yang menjadi perhatian utama Muhammad bin Abdul Wahab adalah masalah ketauhidan. Oleh karena selain tauhid merupakan ajaran Islam paling mendasar, ia juga melihat bahwa di beberapa daerah banyak umat Islam yang melakukan kegiatan -- menurutnya menyimpang dari ajaran Tauhid. Dalam kaitan dengan masalah tauhid ini, ia mengemukakan tiga aspek ketauhidan.

1. Tauhid Rububiah, yakni ikrar bahwa Allah SWT satu-satunya pencipta, pemelihara, pemberi rezeki, pengatur, yang menghidupkan dan mematikan
2. Tauhid Al-asma wa al-shifat, yakni kepercayaan kepada nama-nama dan sifat-sifat Allah SWT sesuai yang ada dalam Al Quran
3. Tauhid Ibadah, yakni segala amal ibadah semata-mata diniatkan untuk berbakti kepada Allah SWT.