Advertisement

Latest News

Pembukuan Hadis

By Unknown - Jumat, 14 September 2012

http://bloggerinformative.blogspot.com/2014/01/penawaran-pemasangan-iklan.html


Sesungguhnya, sejak Rasulullah saw. masih hidup, perhatian para sahabat terhadap hadis sudah sedemikian besar, sebagaimana perhatian mereka terhadap Al QUran. Merka tidak hanya hafal lafaz dan memahami makna hadis, melainkan juga mengetahui secara pasti situasi yang melatarbelakangi disabdakannya hadis tersebut. Hal itu, tentu saja, karena sikap Rasulullah saw. yang sangat bijak, dengan sabar dan tiada mengenal lelah melayani para sahabat yang datang secara bergiliran kepadanya menanyakan segala persoalan, termasuk perihal Al-Quran dan Hadis. Kemudian beliau berpesan seperti kepada utusan Abdu bin Qais. "Hendaklah kamu menghafalkannya dan mengabarkan kepada orang di belakangmu (maksudnya, orang yang tidak turut hadir)." (Al Hadis)

Sesuai dengan amanah Rasulullah saw.. tersebut, maka setelah mendapat pengajaran mereka tidak segan-segan menyebarluaskannya kepada sahabat yang lain. Berkata Umar bin Khaththab ra. "Saya dan tetanggaku dari Anshar tinggal di kampung Umayyah bin Zaid di pinggir daerah Madinah. Kami datang bergantian kepada Rasulullah. Hari ini tetanggaku yang mengunjungi beliau, hari berikutnya aku yang pergi. Jika aku yang datang, maka aku menyampaikan kepada tetanggaku itu segala yang kudapatkan dari Nabi. Demikian pula jika dia yang pergi, dia melakukan seperti apa yang kuperbuat." (HR. Bukhari).

Akan tetapi pada masa itu Rasulullah saw. melarang sahabat menuliskan hadis. Sabda Rasulullah saw. "Janganlah menulis sesuatu dari selain Al Quran. Barangsiapa yang telah menulis (hadis)dariku hendaklah ia menghapusnya." (HR. Muslim). Larangan tersebut tidak lain karena Rasulullah saw. khawatir para sahabat akan melalaikan Al Quran atau mencampuadukkannya dengan hadis. Kecuali bagi sahabat tertentu, yang tidak buta huruf dan dikhawatirkan akan lupa jika tidak mencatatnya, diperbolehkan menuliskannya. Misalnya seperti yang dialami oleh seorang dari kalangan Anshar yang mengeluh kepada Nabi saw. bahwa ia lupa akan sebuah hadis, maka beliau menjawab "Mintalah bantuan dengan tangan kananmu (maksudnya diperintahkan mencatatnya)." (HR. Tirmizi).

Setelah Rasulullah saw. wafat, dengan alasan khawatir akan lupa, banyak sahabat yang berupaya menuliskan hadis. Dalam meriwayatkan hadis, mereka hanya berpegangan pada daya ingat semata. Keadaan tersebut berlangsung sampai pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz, yang memerintahkan para pejabat dan para ulama di setiap kota wilayah kekuasaan Khalifah Umar bin Abdul Aziz, antara lain Abu Bakar bin Muhammad bin' Amr bin Hazm dan Imam Muhammad bin Muslim bin Syihab az-Zuhri (di antara ulama yang mendapat surat perintah tertulis) mulai mengumppulkan hadis, kemudian membahas dan memisahkannya antara hadis yang shahih dan yang da'if.

Penulisan hadis ini dilakukan juga oleh generasi setelah Abu Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm dan Imam Muhammad bin Muslim bin Syihab az-Zuhri. Tercatatlah nama-nama penulis hadis pada masa itu, antara lain:
1. Abdullah bin Mubarak
2. Abu Amar Abdur Rahman
3. Abu Abdullah Sufyan
4. Al-Lais bin Sa'ad
5. Hammad bin Abi Salamah
6. Imam Malik bin Anas
7. Jarir bin Abdul Malik; dan
8. Muhammad bin Ishaq

Dari waktu ke waktu pembukuan hadis ini berkembang dengan pesat. Pada akhir abad kedua hijriyah, misalnya, penyusunan hadis mulai dilakukan secara musnad, yakni mendampingkan hadis-hadis yang membahas masalah-masalah yang saling berkaitan. Misalnya hadis masalah salat diletakkan berdampingan dengan hadis masalah zakat dan jual-beli. Pada abada ini terkenallahImam Ahmad bin Hambal sebagai ulama terbaik yang menyusun hadis secara musnad.
http://bloggerinformative.blogspot.com/2014/01/penawaran-pemasangan-iklan.html

Follow our blog on Twitter, become a fan on Facebook. Stay updated via RSS

0 komentar for "Pembukuan Hadis"

Leave a Reply

Advertisement