Mu’tazilah
By Unknown - Selasa, 18 September 2012
Aliran ilmu tauhid Mu’tazilah (artinya memisahkan diri) muncul di Basroh, Irak, pada abad kedua Hijriyah. Kelahirannya bermula dari tindakan Wasil bin Atho (700-750M/80-131H) memisahkan diri dari gurunya, Imam Hasan al-Basri karena perbedaan pendapat antara keduanya.
Wasil bin Atho berpendapat, bahwa seorang mukmin yang melakukan dosa besar, statusnya tidak mukmin lagi namun tidak juga kafir yang berarti fasik. Sebaliknya menurut Imam Hasan al-Basri, mukmin yang melakukan dosa besar statusnya tetap mukmin.
Mu’tazilah memiliki lima ajaran pokok.
1. Tauhid - keesaan Allah SWT. Dalam hal ini Mu’tazilah berpendapat, antara lain bahwa :
- Tidak mengakui sifat Allah, sebab apa yang dikatakan or-ang sebagai sifat Allah, tidak lain dzat Allah itu sendiri;
- Al-Qur’an adalah makhluk;
- Tuhan, di alam akhirat kelak, tidak dapat dilihat oleh mata manusia. Yang terjangkau oleh mata manusia bukanlah Tuhan.
2. Keadilan Allah SWT. Aliran Mu’tazilah berpendapat bahwa Allah SWT akan memberikan imbalan kepada manusia sesuai dengan apa yang diperbuat oleh manusia.
3. Janji dan ancaman. Aliran Mu’tazilah berpendapat bahwa Allah SWT tidak akan mengingkari janjinya : memberi pahala kepada orang muslim yang berbuat baik, dan melimpahkan siksa kepada orang muslim yang berbuat dosa.
4. Posisi di antara dua posisi. Ajaran ini dicetuskan oleh Wasil bin atho sendiri yang menyebabkannya memisahkan diri dari Imam Hasan al-Basri, bahwa seorang mukmin yang berbuat dosa besar, statusnya di antara mukmin dan kafir, yakni fasik.
5. Amar makruf (tuntutan berbuat baik) dan Nahi Mungkar (mencegah segala perbuatan tercela). Jadi ajaran Mu’tazilah yang terakhir ini lebih banyak berkaitan dengan hukum/fikih.
Tokoh-tokoh Mu’tazilah yang terkenal ialah:
- Wasil bin Atho (pelopori kelahiran aliran ini);
- Abu Huzail al-Allaf (135-235H/751-849M), tokoh yang menyusun lima ajaran pokok Mu’tazilah;
- Al-Nazzam, murid dari Abu Huzail; dan
- Al-Jubba’i - nama lengkapnya: Abu Ali Muhammad bin Abdul Wahab (235-303H/849-915M).
Sekalipun aliran Mu’tazilah tidak eksis lagi, namun pemikiran-pemikiran rasionalnya sering digali kembali oleh para cendikiawan muslim dan non-muslim.
Follow our blog on Twitter, become a fan on Facebook. Stay updated via RSS
0 komentar for "Mu’tazilah"